Senin, 08 Juli 2013

Mini FF ♥ Our Memories ♥


Author : nadira/hedgehog
FB : RaRa AQuarius/Mirza Yeojachingu
Twitter : @ratnadira1902
Genre : Romance, Comedy, others
NB : BEWARE...CERITA GAJE!!
Main cast :
Lee Donghae
Soo Eunsoo

Other :
Find by yoursELF...!!! 

Soo Eunsoo POV
“chagi,, bajuku sudah kau siapkan??” tanya suamiku, Donghae dr dalam kamar mandi.
“sudah...kau mau mandi brp lama eoh?? nanti kau bisa telat” aku balik bertanya.
“sebentar lagi selesai,, sarapan sudah siap??” tanyanya lagi.
“sudah juga...cepatlah” keluhku.
“ne chagi...dasar nyonya Lee CEREWET” timpalnya.
“yak!! awas kau berani bilang itu di depanku lagi” balasku dan segera keluar kamar.

Tak berselang lama, Donghae sudah keluar dengan setelan jas rapinya.
“cepat makan” suruhku.
“ne” jawabnya dan segera duduk.
“kau mau susu atau teh atau kopi??” tanyaku sebelum ikut duduk dengannya.
“susu saja” jawabnya.
Aku pun segera berjalan menuju dapur, membuka kulkas, mengambil botol susu, dan menuangkannya ke gelas. Setelah itu ku bawa dua gelas susu ke meja makan.

“kau benar bisa melakukannya sendiri??” tanyanya dengan mulut penuh makanan.
Aku hanya mengangguk dan tersenyum ke arahnya.
“kalau kau mau,, aku bisa ijin tidak masuk kantor hari ini” ujarnya masih dengan mulut penuh makanan.
“aku bisa sendiri taun Lee,, kan barang kita tidak banyak”
“sudah...jangan bicara saat kau makan” jawabku.
Dia hanya mengangguk dan kembali meneruskan sarapannya.

Skip : 15menit kemudian
“aku berangkat dulu ne chagi” pamitnya setelah mengecup keningku lembut.
“ne,, sudah berangkat sana” ujarku seraya mendorong tubuhnya menuju pintu.
“kau yakin tidak butuh bantuanku??” tanyanya lagi.
“hemmm,, sana berangkat,, kau bisa telat nanti” jawabku.
“baiklah,, aku berangkat”
“ne,, jaljayo” ujarku.

“hah...sekarang saatnya kembali berberes” ujarku menyemangati diri sendiri.
Sudah 3 hari ini rutinitasku bertambah karena harus mengepak-ngepak barang2 yang akan kami pindahkan. Eommonim menyuruhku pindah ke daerah tempatnya tinggal, Myeongdong, agar bisa leluasa mengunjungi kami.
Ya..itu semua karena kejadian 3bulan yang lalu yang membuat eommonim semakin getol menyuruh kami pindah setelah 4 tahun lamanya kami tinggal di Seoul.

Skip : 3jam kemudian
“fyuh...lelahnya” keluhku seraya mengusap cucuran keringat di wajahku.
“hemm....sekarang tinggal mengepak buku-buku diruang kerja”.
Aku bergegas keruang kerja membawa 3 kardus ukuran besar dan selotip.

Skip : ruang kerja
“OMO...ternyata bukunya banyak juga” ujarku tak percaya melihat jajaran buku yang tersusun rapi di rak.
“ajja...ajja...semangat Eunsoo” aku menyemangati diriku sendiri dan mulai mengepask buku2 itu ke dalam kardus.

Tak terasa 1 jam lebih aku sibuk mengepak-ngepak buku yang ada di rak, hingga sampai di jajaran rak bawah aku menemukan album foto hadiah pernikahan dari Eomma.
Aku yang tadinya hendak mengambil minum segera mengurungkan niatku dan memilih untuk duduk dan menaruh album foto itu dipangkuanku sebelum membukanya.

Baru saja membuka halaman pertama aku sudah kembali mengingat masa laluku. Di sana terpampang wajahku dan Donghae yang sibuk memakan es krim saat kami berusia 4tahun.

*****FLASHBACK*****
“eomma....es klimku jatuh” seorang yeoja kecil bernama Eunsoo menangis kencang saat es krim yang dimakannya jatuh.
“ini,, aku masih punya satu” ujar namja kecil disampingnya yang bernama Donghae seraya menyodorkan es krim yang dipegangnya ke arah Eunsoo.
“tapi aku mau yang banyak” jawab Eunsoo dengan mimik wajah hendak menangis lagi.
“kalo begitu es klim nya buat kamu aja,, tapi nanti aku minta ya??” ucap Donghae polos.
Wajah Eunsoo seketika berubah senang saat mendengar jawaban Donghae.
“iya,, tapi mintanya jangan banyak2 ya?!” timpal Eunsoo dengan mimik wajah polos.
Donghae hanya tersenyum dan mengannguk.
Orangtua mereka yang menyaksikan kelakuan Eunsoo dan Donghae kecil hanya bisa tertawa.
****FLASHBACK OFF*****

“hahaha....Donghae PABO-ya” aku tertawa terpingkal mengingat kejadian masa kecil kami.

Eomma dan eommonim (Donghae eomma) bertemu di rumah sakit beberapa jam setelah melahirkan aku dan Donghae. Mereka bertemu di ruang bayi.
Saat itu eommonim sudah berada di sana terlebih dahulu untuk mengecek keadaan Donghae, baru beberapa menit kemudian eomma masuk untuk mengecek keadaanku.
Mungkin saat pertemuan itu mereka bertekad menjodohkan kami berdua. Usiaku dan usia Donghae hanya berbeda beberapa jam. Kami lahir dia hari yang sama, tetapi di jam berbeda. Donghae lahir pukul 15.00 KST sedangkan aku lahir pukul 16.30 KST.

Aku pun kembali fokus menatap album di depanku. Kubuka lembar demi lembar hingga aku kembali mengingat memori masa laluku. Di hadapanku terlihat jelas fotoku dengan Donghae yang asyik tidur dengan wajah penuh coretan.

*****FLASHBACK ON*****
“kau disini??” tanya Donghae pada yeoja di hadapannya seraya mengucek2 matanya krn ia baru bangun tidur.
“hemm...aku ke bawah dulu,, cepat mandi” jawab Eunsoo menahan tawa.
“cakkaman,, kau bawa buku tugas matematikamu kan??” tanya Donghae lagi.
Eunsoo hanya mengangguk krn sudah tdk sanggup menahan tawa.
Saat itu Eunsoo dan Donghae sudah berumur 17tahun. Mereka bersekolah di sekolah yang sama, kelas yang sama, dan duduk bersebalahan.

Sesaat setelah Eunsoo turun, Donghae segera bangun hendak menuju kamar mandi. Sebelumnya, ia sempat menengok kearah cermin di depan tempat tidurnya.
“yak!! Eunsoo-ya....AWAS KAU YAAAA!!!!!!” teriaknya saat tahu wajahnya sudah penuh dengan coretan spidol. Donghae segera bergegas turun ke bawah.

“eomma,, Eunsso eoddiya??” tanya Donghae pada eommanya yg sibuk memasak di dapur.
“yogi..” jawab nyonya Lee seraya melirik kearah belakang tubuhnya.
Eunsoo pun muncul dan tersenyum tanpa rasa bersalah.

“yak!! Eunsoo-ya,, apa yg kau lakukan pd wajahku eoh??” tanya Donghae.
“kau knp eoh?? bangun2 sudah marah2” keluh nyonya Lee pada putra sulungnya itu.
“eomma,, kau tak lihat eoh?? wajahku yang tampan sudah ternoda” jawab Donghae sedikit merengek.
“ani,, kau malah terlihat tampan” jawab nyonya Lee meledek.
“yak eomma...kau pasti bersekongkol dengannya kan??” tanya Donghae tak terima.
“eomma dr td sibuk memasak,, mau bersekongkol gimana??” nyonya Lee balik bertanya.
“kalau begitu knp eomma bilang aku tampan dg wajah ini??” tanya Donghae lagi seraya menunjuk wajahnya yg penuh coretan.
“karena aku yang paling tampan dikeluarga ini” jawab Lee Donghwa dr depan kamarnya.
“noona...kerja bagus” ujar Donghwa dan mengacungkan 2 jempol ke arah Eunsoo.
“yak!!” ucap Donghae hendak memukul dongsaengnya itu.
“ahhhh,, eomma tolong aku,, ada MONSTERRRR” teriak Donghwa dan berlari kearah pintu.
“aku barangkat eomma...annyeong” paminya.
“ne,, jaljayo” timpal nyonya Lee.
“sudah mandi sana!!” lanjut nyonya Lee.
“tapi eomma....”
“gak ada tapi2an,, CEPAT MANDI!!” seru eomma Donghae.
“ne...yak!! Eunsoo-ya,, tunggu pembalasanku” jawab Donghae.
Eunsoo tidak menggubris perkataan Donghae, dia malah meledek Donghae dengan memeletkan lidahnya.
*****FLASHBACK OFF*****

Aku tersenyum mengingat masa itu. Masa dimana hubunganku dan Donghae menjadi sangat dekat. Eommonim sangat menyayangiku layaknya anak kandung.
Sebelum kembali membuka lembaran foto, aku menatap dinding diruanganku sekarang. Masih terpajang foto dengan pigora besar menghiasi ruangan kecil ini. Fotoku yang baru saja lulus kuliah dengan almarhum appa dan eomma.
Appa dan eomma pergi meninggalkanku saat di hari kelulusanku. Saat selesai menghadiri upacara kelulusan, aku, appa, dan eomma yang sedang dalam perjalanan pulang dikejutkan oleh sebuah mobil dari arah berlawanan yang menikung ke arah kami. Tabrakanpun tak terelakkan. Aku berhasil diselamatkan, tapi tidak dengan orangtuaku.

“appa,, eomma,, aku sudah bahagia sekarang,, kalian juga pasti bahagia kan di surga??” ujarku dan mengusap kedua mataku yang tak sengaja mengeluarkan butiran2 kristal bening mengingat kejadian itu.

“ani...ani...aku tdk boleh menangis,, aku tdk mau appa dan eomma di surga mencemaskanku” ucapku pada diri sendiri.

Aku memutuskan melanjutkan membuka lembaran2 album foto. Entah sekarang lembaran yang keberapa, yang aku tahu, disana terpasang fotoku dan Donghae dalam balutan busana pengantin. Gaun pengantin putih menutupi tubuhku, dan setelan jas hitam menutupi tubuh Donghae.

*****FLASHBACK ON*****
“Saudara Lee Donghae, bersediakah anda, dihadapan Tuhan dan disaksikan oleh semua orang yang hadir di sini, berjanji untuk mencintai dan menghargai, baik dalam keadaan sakit maupun sehat, di dalam susah maupun senang, wanita di sebelah kanan anda yang sekarang sedang anda pegang? Apakah anda berjanji untuk menempatkan dia sebagai yang utama dari segala hal, menjadi suami yang baik dan beriman, menjadi tempat bergantung bagi dia, dan hanya bagi dia, selama-lamanya hingga akhir hidup anda? Bersediakah anda?” tanya seorang pendeta paruh baya itu pada Donghae.

”Saya bersedia” jawab Donghae mantap dan tersenyum ke arah Eunsoo.

“Apakah anda bersedia untuk mengambil dia sebagai istri yang sah, selama masa hidup anda berdua? Bersediakah anda?” tanya pendeta itu lagi.

“Saya bersedia” jawab Donghae tegas.

“Saudari Soo Eunsoo, bersediakah anda, dihadapan Tuhan dan disaksikan oleh semua orang yang hadir di sini , berjanji untuk mencintai dan menghargai, baik dalam keadaan sakit maupun sehat, di dalam susah dan senang, pria di sebelah kanan anda yang sedang anda pegang sekarang? Apakah anda berjanji untuk menempatkan dia sebagai yang utama, menjadi istri yang baik dan beriman, menjadi tempat bergantung bagi dia, dan hanya bagi dia, selama-lamanya hingga akhir hidup anda? Bersediakah anda?” tanya pendeta itu pada Eunsoo.

“Saya bersedia.” Jawab Eunso seraya tersenyum manis ke arah Donghae.

“Apakah anda bersedia untuk menerima dia sebagai suami yang sah, selama masa hidup anda berdua? Bersediakah anda?” tanya pendeta itu lagi pada Eunsoo.

“Saya bersedia.” Jawab Eunsoo yang kembali tersenyum.

“Sekarang kalian berdua bisa memasang cincin dan setelah itu resmilah kalian sebagai suam istri” ujar pendeta.

Setelah Donghae memasang cincin pada jari manis kanan Eunsoo, dan begitu pula sebaliknya, para hadirin bertepuk tangan. Donghae dan Eunsoo tak hentinya membagikan senyum kebahagian mereka pada tamu yang datang ke pernikahan mereka.
*****FLASHBACK OFF*****

“aku adalah wanita paling beruntung yang bisa mendapatkan suami sesetia mu,, dan keluarga sebaik keluargamu”
“aku benar-benar beruntung...terima kasih TUHAN” lanjutku.
Saat menikah kami sama-sama berumur 27tahun. Kami menikah dihari ulang tahun kami berdua. Tak terasa sekarang usia pernikahan kami sudah berjalan 4 tahun.

Lembaran demi lembaran kembali kubuka hingga sampai di lembaran sampailah aku pada lembaran terkahir. Masih sangat segar ingatanku akan kenangan yg dihadirkan oleh foto ini.
Foto yang memperlihatkan aku dan Donghae yang sedang berjalan-jalan di taman. Foto saat aku sedang hamil. Saat itu kandunganku berusia 5bulan.

Aku membelai foto di depanku dengan air mata yang sudah berlinang saat ini. Dokter bilang kandunganku lemah, hingga aku mengalami pendarahan dan mengalami keguguran.

Air mataku tak kunjung berhenti. Dadaku kembali terasa sesak.
“sudah 4 tahun kami menunggunya,, sampai kapan kami harus menunggu” ujarku dalam hati.

Tiba-tiba tanpa aku sadari, ada tangan yang memeluk tubuhku dr belakang.
Aku pun dengan cepat menoleh ke belakang.
“kau sudah pulang??” tanyaku pada Donghae yg sekarang ikut duduk dan masih tetap memelukku dr belakang.
“kau menangis lagi??” ia tdk menjawab pertanyaanku.
“ani...aku hanya kelilipan,, debu diruangan ini sangat tebal” jawabku beralasan.
Donghae menyandarkan kepalanya dipundakku.
“jangan bohong,, kau pasti merindukannya kan??” tanyanya lagi.
“kau tdk menyesal menikah denganku eoh??,, kandunganku lemah,, kemungkinan untukku punya anak sangat kecil” jawabku sedikit terisak.
“yang kubutuhkan hanya kau..tak ada yg lain” ujarnya.
“kau boleh menceraikanku...kau bisa mendapatkan yeoja yang lebih baik dr ku,, yeoja seperti tak pantas mendapatkan namja sesempurna dirimu”
“jangan pernah bicara seperti itu,, kita bisa mengadopsi anak kalau kau mau,, pokoknya yang kubutuhkan hanya kau” jawab Donghae mantap.
Ia kemudian membalikkan tubuhku agar menghadap kearahnya.

“jangan putus asa chagi...kecil kemungkinan bukan berarti tdk ada kemungkinan,, bersabarlah” ujarnya seraya tersenyum dan memelukku.
“gomawoyo chagi” jawabku seraya menangis dipelukannya.
“saranghaeyo” ucapku padanya.
Ia kemudian melepaskan pelukannya dan memegang wajahku dengan kedua tangannya.
“nado saranghae chagi” jawabnya yang kemudian mengecup lembut bibirku.

THE END^.^)/
Don't be Dark Reader!! Be Good Reader!!
Hargai Author *\(^.^)/*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar